Kamis, 20 Februari 2014

road to tanjung papuma

kali ini kita jalan-jalan ke pantai papuma yang ternyata nama itu adalah sebuah singkatan men. nama panjangnya "pasir putih malikan". apa itu malikan? setelah kita wawancara orang asli situ men maikan adalah sebuah batu besar yang jika terkena ombak pantai akan menghasilkan suara unik seperti angklung, keren banget gak men?
nah pantai tanjung papuma sendiri terletak di kabupaten jember, lebih tepatnya daerah hutan jati pada arah selatan kabupaten jember.
A ke B adalah dari surabaya ke jember

jalan menuju pantai papuma sendiri sangat nyaman sekarang men, semua jalan telah di aspal bahkan hingga sampai daerah wisatanya. 
di pantainya sendiri suasananya juga nyaman men, banyak warung gitu, pasirnya putih gitu, ombaknya besar banget gitu, dan yang paling keren kita bisa dengering angklung alami dari batu malikan men. 
karena ombaknya besar kalian dilarang berenang dipantainya, bahkan jika kalian memaksa pingin renang kalian harus dijaga oleh penjaga pantai dari dekat.
akan tetapi sisi buruknya dari pojok hingga pojok pantai kita belum menemukan adanya tempat sampah, hal itu berdampak banyak banget sampah yang ada di daerah wisata situ men, miris banget..
untuk menghilangkan rasa penasaran kita kasih cuplikan foto saat kita berada di pantai keren tersebut men




Senin, 20 Februari 2012

sensasi?? asikin aja lagi !!

hhmm'
saat gini enaknya ngomongin soal sensasi nih.' tapi pas ngomong soal sensasi pasti terkait dengan yg namanya JAIL.. hehee
nah ini nih letak pro-kontra nya ada mungkin yang gak suka ak jailin, wajar tuh., tapi ternyata ada juga yang betah ama kejailanku nih.. hahaa bego' banget yak?!
ada cerita tentang kejailan kelasku ma kelas sebelah, kebetulan pas itu kelas ipa ma ips hanya dibatesin cuman ma papan kayu atau biasa disebut triplek :)
nah pas keadaan kelas ips lagi ulangan harian, kebetulan juga guru pengawasnya killer abis tuh.' paling enak dikerjain aja lah, hihii
mumpung ada galon kosong dikelas., temen-temen 1 kelas ngajakin nyanyi layaknya orang ngamen dan galon sebagai gendangnya..
otomatis kelas ips yang lagi ulangan terganggu banget kan, nah sang guru killer ini pun ke kelasku n ceramah 7menit di kelasku juga.. huft.. layaknya kiamat 7menit tuh'
ada temenku yang bilang ke aku, "awas ntar lok ada apa-apa gw ketawain lu".. uda pasti target omongannya guru killer itu.
eh beneran pas keluar kelasku dia kepleset koran yang ada didepan kelas. wih satu kelas gaduh otomatis, nahan ketawa juga malu mau nolongin.. hahaa
lhaa pas ini aku pingin sebuah sensasi, aku bilang ke temenku tadi, "kau katanya mau ketawa di depan dia, ayoo sana, aku kasih 5rb deh"
eh dia setuju.. diketawain lha guru itu di depan mukanya.. huft' dipanggil lha temenku itu kekantornya.. hahahaa
gapapa lah 5rb ilang yang penting dapet tontonan menarik :D XDDD

Sabtu, 15 Oktober 2011

pendaki sejati

Suatu ketika, ada seorang pendaki gunung yang sedang bersiap-siap melakukan perjalanan. Di punggungnya, ada ransel carrier dan beragam carabiner (pengait) yang tampak bergelantungan. Tak lupa tali-temali yang disusun melingkar di sela-sela bahunya. Pendakian kali ini cukup berat, persiapan yang dilakukan pun lebih lengkap.


Kini, di hadapannya menjulang sebuah gunung yang tinggi. Puncaknya tak terlihat, tertutup salju yang putih. Ada awan berarak-arak disekitarnya, membuat tak seorangpun tahu apa yang tersembunyi didalamnya. Mulailah pendaki muda ini melangkah, menapaki jalan-jalan bersalju yang terbentang di hadapannya. Tongkat berkait yang di sandangnya, tampak menancap setiap kali ia mengayunkan langkah.


Setelah beberapa berjam-jam berjalan, mulailah ia menghadapi dinding yang terjal. Tak mungkin baginya untuk terus melangkah. Dipersiapkannya tali temali dan pengait di punggungnya. Tebing itu terlalu curam, ia harus mendaki dengan tali temali itu. Setelah beberapa kait ditancapkan, tiba-tiba terdengar gemuruh yang datang dari atas. Astaga, ada badai salju yang datang tanpa disangka. Longsoran salju tampak deras menimpa tubuh sang pendaki. Bongkah-bongkah salju yang mengeras, terus berjatuhan disertai deru angin yang membuat tubuhnya terhempas-hempas ke arah dinding.


Badai itu terus berlangsung selama beberapa menit. Namun, untunglah tali-temali dan pengait telah menyelamatkan tubuhnya dari dinding yang curam itu. Semua perlengkapannya telah lenyap, hanya ada sebilah pisau yang ada di pinggangnya. Kini ia tampak tergantung terbalik di dinding yang terjal itu. Pandangannya kabur, karena semuanya tampak memutih. Ia tak tahu dimana ia berada.


Sang pendaki begitu cemas, lalu ia berkomat-kamit, memohon doa kepada Tuhan agar diselamatkan dari bencana ini. Mulutnya terus bergumam, berharap ada pertolongan Tuhan datang padanya.


Suasana hening setelah badai. Di tengah kepanikan itu, tampak terdengar suara dari hati kecilnya yang menyuruhnya melakukan sesuatu. "Potong tali itu.... potong tali itu."


Terdengar senyap melintasi telinganya. Sang pendaki bingung, apakah ini perintah dari Tuhan? Apakah suara ini adalah pertolongan dari Tuhan? Tapi bagaimana mungkin, memotong tali yang telah menyelamatkannya, sementara dinding ini begitu terjal? Pandanganku terhalang oleh salju ini, bagaimana aku bisa tahu? Banyak sekali pertanyaan dalam dirinya. Lama ia merenungi keputusan ini, dan ia tak mengambil keputusan apa-apa...



Beberapa minggu kemudian, seorang pendaki menemukan ada tubuh yang tergantung terbalik di sebuah dinding terjal. Tubuh itu tampak membeku,dan tampak telah meninggal karena kedinginan. Sementara itu, batas tubuh itu dengan tanah, hanya berjarak 1 meter saja....